Minggu, 27 Maret 2016

Suku Nanai Rusia

Timur Jauh masuk menjadi bagian wilayah Rusia sejak lebih dari 150 tahun yang lalu. Bagaimana kehidupan di sana sebelum kedatangan bangsa Rusia dan Tiongkok? Dan bagaimana kehidupan para penduduk primitif di Timur Jauh di masa modern ini? Berikut RBTH akan menyajikan kisahnya.


Pada pertengahan abad ke-19, bangsa Tiongkok dan Rusia berhasil menjamah wilayah yang kini dikenal sebagai Primorsky atau Timur Jauh. Mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah tersebut merupakan orang dari suku Nanai, Udege, dan Oroch. Kawin campur antara penduduk suku setempat dengan penduduk Tiongkok menghasilkan kelompok penduduk yang dikenal sebagai suku Tazy. Saat ini, hanya tersisa sekitar 276 orang penduduk suku Tazy di wilayah tersebut.

Pada zaman dulu, penduduk asli Timur Jauh kerap disebut ‘inorodtsy’ (non-Rusia), tapi sekarang mereka dianggap sebagai penduduk pribumi wilayah Timur Jauh. Terkadang penduduk Rusia juga menyebut mereka sebagai ‘orang kecil’ dari wilayah Amur (malye narody). Kata ‘kecil’ mengacu pada jumlah anggota kelompok tersebut, bukan pada ukuran fisik ataupun signifikansi kehadiran mereka.

Kredit foto: TASS/Yuri Muravin

Para ilmuwan mengelompokan penduduk di wilayah ini sebagai penutur bahasa Tunguso-Manchurian. Sebagian penduduk asli Timur Jauh telah melakukan urbanisasi sejak lama, tapi masih ada pula penduduk yang bertahan hidup di taiga (hutan jarum) hingga hari ini. Selama berabad-abad, pekerjaan utama para penduduk pribumi taiga Timur Jauh adalah berburu dan mencari ikan, dan hal tersebut masih bertahan hingga saat ini.

Ketika bangsa Rusia pertama kali bertemu dengan penduduk asli Timur Jauh, mereka terkagum-kagum akan kehebatan suku primitif tersebut dalam berburu menggunakan panah, menjala ikan menggunakan tombak, serta kemampuan mereka membuat perahu kayu yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Perahu kecil yang mereka buat disebut omorochka, sementara perahu yang dapat mengangkut lebih dari satu orang disebut bata. Pakaian mereka terbuat dari kulit binatang, atau terkadang bahkan kulit ikan, yang dijahit sendiri.

Kredit foto: TASS/Yuri Muravin

Pada sekitar abad ke-19, para penduduk pribumi Timur Jauh mulai melakukan transaksi perdagangan dengan penduduk Rusia dan Tiongkok. Mereka menjual kulit bulu hasil berburu untuk ditukar dengan senjata dan mesiu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan kontak dengan dunia luar, opium, alkohol, dan cacar juga masuk dan mengganggu kedamaian wilayah ini.

Kehidupan penduduk Timur Jauh menginspirasi Vladimir Arseniev, seorang ilmuwan, penulis, dan penjelajah yang menulis buku “Dersu Uzala”. Judul buku tersebut diambil dari nama teman Arseniev yang berasal dari suku Nanai, yang menjadi pemandu selama ia menjelajahi wilayah Timur Jauh. Pada 1975, buku tersebut diangkat menjadi sebuah film, hasil kerja sama Soviet dan Jepang. Film karya Akira Kurosawa itu kemudian memenangkan penghargaan Oscar sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik.

Kredit foto: TASS/Yuri Muravin

Arseniev menyebut karakter penduduk asli Timur Jauh sebagai ‘komunis primitif’. Ia berpendapat bahwa gaya hidup mereka, hubungan antarpenduduk, serta pandangan mereka terhadap dunia, lebih adil dan alami dibanding orang-orang Eropa. Penduduk Timur Jauh menganggap semua hal sebagai benda hidup. Dersu bahkan menyebut semua benda sebagai ‘orang’, termasuk binatang, matahari, dan api. Penduduk Timur Jauh juga memiliki kesadaran lingkungan yang sangat tinggi.

Penduduk Timur Jauh Masa Kini
Kini, jumlah penduduk asli yang tersisa di Timur Jauh sangat sedikit, yakni sekitar 1.500 hingga dua ribu orang. Sebagian besar penduduk asli tinggal di bagian utara wilayah Timur Jauh, yakni di Distrik Terneysky, Krasnoarmeisky, dan Pozharsky. Hutan jarum yang ada di sana masih tetap tak terjamah dan tak tersentuh pembangunan, didominasi oleh elk, rusa Siberia, beruang, dan harimau lokal.
Jumlah penutur asli bahasa Udege yang tersisa saat ini sangat sedikit, namun banyak penduduk Udege yang masih menjalankan gaya hidup tradisional mereka. Wilayah berpenduduk suku Udege yang paling terkenal adalah Krasny Yar, yang ditinggali oleh enam ratus penduduk, dan Azgu, dengan populasi sekitar dua ratus orang. Desa tersebut sangat sulit dicapai, namun tak menyurutkan minat para turis dari Jepang, Korea, dan negara-negara lain untuk mengunjungi Festival Budaya Udege yang diselenggarakan di Krasny Yar setiap tahun.

Kredit foto: TASS/Yuri Muravin

Anda dapat menyaksikan kehidupan sehari-hari para penduduk Udege di masa kini melalui film “The Forest People” (Lesnye Lyudi). Film karya Vasily Solkin dan Gennady Shalikov ini dirilis pada 2012 dan dibuat atas kerja sama antara stasiun televisi Vladivostok dengan kelompok pecinta lingkungan Zov Taigi.
Berikut tautan film tersebut:
Sumber: zovtv/YouTube
Taman Nasional Legendaris Udege terletak di Distrik Krasnoarmeisky di wilayah Timur Jauh. Taman nasional ini menawarkan gambaran tentang kehidupan di taiga. Taman ini hendak membangun minat pariwisata berbasis lingkungan dan etnografis di area tersebut. Pintu masuk taman nasional ini terletak di Desa Roshchino, yang dapat dicapai menggunakan bus atau mobil dari Vladivostok atau Khabarovsk.
Saat ini, pemerintah juga tengah membangun sebuah taman nasional lain di bagian utara Primorye, yakni Taman Bikin yang dibangun di Distrik Pozharsky. Namun demikian, pembangunan taman ini ditentang oleh penduduk asli setempat.

Kredit foto: TASS/Yuri Muravin

Pembangunan taman tersebut bertujuan melindungi Sungai Bikin—yang kerap disebut sebagai ‘Amazon Rusia’, dari penebangan liar. Namun, penduduk suku Udege dari Krasny Yar khawatir cara hidup tradisional mereka akan terganggu dengan kehadiran taman ini. Di Rusia, penduduk suku primitif memiliki hak khusus dalam berburu dan mencari ikan, karena dua hal tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi mereka dan sekaligus bagian dari cara hidup mereka. 

 Pemerintah berjanji kepentingan penduduk setempat di wilayah tersebut akan tetap dijamin. Mereka dapat tetap bisa mengambil kayu hutan, kacang-kacangan, beri-berian, berburu musang dan ikan. Pemerintah Timur Jauh pun menyebutkan bahwa Taman Nasional Bikin akan menjadi taman nasional pertama di Rusia yang dikelola oleh komunitas penduduk asli setempat.

Sumber :  http://indonesia.rbth.com


0 komentar:

Posting Komentar