Pada pertengahan abad ke-19, bangsa Tiongkok dan Rusia berhasil menjamah wilayah yang kini dikenal sebagai Primorsky atau Timur Jauh. Mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah tersebut merupakan orang dari suku Nanai, Udege, dan Oroch. Kawin campur antara penduduk suku setempat dengan penduduk Tiongkok menghasilkan kelompok penduduk yang dikenal sebagai suku Tazy. Saat ini, hanya tersisa sekitar 276 orang penduduk suku Tazy di wilayah tersebut.
Kredit foto: TASS/Yuri Muravin
Para ilmuwan mengelompokan penduduk di wilayah ini
sebagai penutur bahasa Tunguso-Manchurian. Sebagian penduduk asli Timur
Jauh telah melakukan urbanisasi sejak lama, tapi masih ada pula penduduk
yang bertahan hidup di taiga (hutan jarum) hingga hari ini. Selama
berabad-abad, pekerjaan utama para penduduk pribumi taiga Timur Jauh
adalah berburu dan mencari ikan, dan hal tersebut masih bertahan hingga
saat ini.
Ketika bangsa Rusia pertama kali bertemu dengan
penduduk asli Timur Jauh, mereka terkagum-kagum akan kehebatan suku
primitif tersebut dalam berburu menggunakan panah, menjala ikan
menggunakan tombak, serta kemampuan mereka membuat perahu kayu yang
digunakan untuk menyebrangi sungai. Perahu kecil yang mereka buat
disebut omorochka, sementara perahu yang dapat
mengangkut lebih dari satu orang disebut bata. Pakaian mereka terbuat
dari kulit binatang, atau terkadang bahkan kulit ikan, yang dijahit
sendiri.
Kredit foto: TASS/Yuri Muravin
Pada sekitar abad ke-19, para penduduk pribumi Timur
Jauh mulai melakukan transaksi perdagangan dengan penduduk Rusia dan
Tiongkok. Mereka menjual kulit bulu hasil berburu untuk ditukar dengan
senjata dan mesiu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan kontak
dengan dunia luar, opium, alkohol, dan cacar juga masuk dan mengganggu
kedamaian wilayah ini.
Kehidupan penduduk Timur Jauh menginspirasi Vladimir
Arseniev, seorang ilmuwan, penulis, dan penjelajah yang menulis buku
“Dersu Uzala”. Judul buku tersebut diambil dari nama teman Arseniev yang
berasal dari suku Nanai, yang menjadi pemandu selama ia menjelajahi
wilayah Timur Jauh. Pada 1975, buku tersebut diangkat menjadi sebuah
film, hasil kerja sama Soviet dan Jepang. Film karya Akira Kurosawa itu
kemudian memenangkan penghargaan Oscar sebagai Film Berbahasa Asing
Terbaik.
Kredit foto: TASS/Yuri Muravin
Arseniev menyebut karakter penduduk asli Timur Jauh
sebagai ‘komunis primitif’. Ia berpendapat bahwa gaya hidup mereka,
hubungan antarpenduduk, serta pandangan mereka terhadap dunia, lebih
adil dan alami dibanding orang-orang Eropa. Penduduk Timur Jauh
menganggap semua hal sebagai benda hidup. Dersu bahkan menyebut semua
benda sebagai ‘orang’, termasuk binatang, matahari, dan api. Penduduk
Timur Jauh juga memiliki kesadaran lingkungan yang sangat tinggi.
Penduduk Timur Jauh Masa Kini
Kini, jumlah penduduk asli yang tersisa di Timur Jauh
sangat sedikit, yakni sekitar 1.500 hingga dua ribu orang. Sebagian
besar penduduk asli tinggal di bagian utara wilayah Timur Jauh, yakni di
Distrik Terneysky, Krasnoarmeisky, dan Pozharsky. Hutan jarum yang ada
di sana masih tetap tak terjamah dan tak tersentuh pembangunan,
didominasi oleh elk, rusa Siberia, beruang, dan harimau lokal.
Jumlah penutur asli bahasa Udege yang tersisa saat
ini sangat sedikit, namun banyak penduduk Udege yang masih menjalankan
gaya hidup tradisional mereka. Wilayah berpenduduk suku Udege yang
paling terkenal adalah Krasny Yar, yang ditinggali oleh enam ratus
penduduk, dan Azgu, dengan populasi sekitar dua ratus orang. Desa
tersebut sangat sulit dicapai, namun tak menyurutkan minat para turis
dari Jepang, Korea, dan negara-negara lain untuk mengunjungi Festival
Budaya Udege yang diselenggarakan di Krasny Yar setiap tahun.
Kredit foto: TASS/Yuri Muravin
Anda dapat menyaksikan kehidupan sehari-hari para
penduduk Udege di masa kini melalui film “The Forest People” (Lesnye
Lyudi). Film karya Vasily Solkin dan Gennady Shalikov ini dirilis pada
2012 dan dibuat atas kerja sama antara stasiun televisi Vladivostok
dengan kelompok pecinta lingkungan Zov Taigi.
Berikut tautan film tersebut:
Sumber: zovtv/YouTube
Taman Nasional Legendaris Udege terletak di Distrik
Krasnoarmeisky di wilayah Timur Jauh. Taman nasional ini menawarkan
gambaran tentang kehidupan di taiga. Taman ini hendak membangun minat
pariwisata berbasis lingkungan dan etnografis di area tersebut. Pintu
masuk taman nasional ini terletak di Desa Roshchino, yang dapat dicapai
menggunakan bus atau mobil dari Vladivostok atau Khabarovsk.
Saat ini, pemerintah juga tengah membangun sebuah
taman nasional lain di bagian utara Primorye, yakni Taman Bikin yang
dibangun di Distrik Pozharsky. Namun demikian, pembangunan taman ini
ditentang oleh penduduk asli setempat.
Kredit foto: TASS/Yuri Muravin
Pembangunan taman tersebut bertujuan melindungi
Sungai Bikin—yang kerap disebut sebagai ‘Amazon Rusia’, dari penebangan
liar. Namun, penduduk suku Udege dari Krasny Yar khawatir cara hidup
tradisional mereka akan terganggu dengan kehadiran taman ini. Di Rusia,
penduduk suku primitif memiliki hak khusus dalam berburu dan mencari
ikan, karena dua hal tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi
mereka dan sekaligus bagian dari cara hidup mereka.
Pemerintah berjanji kepentingan penduduk setempat di wilayah
tersebut akan tetap dijamin. Mereka dapat tetap bisa mengambil kayu
hutan, kacang-kacangan, beri-berian, berburu musang dan ikan. Pemerintah
Timur Jauh pun menyebutkan bahwa Taman Nasional Bikin akan menjadi
taman nasional pertama di Rusia yang dikelola oleh komunitas penduduk
asli setempat.
Sumber : http://indonesia.rbth.com
0 komentar:
Posting Komentar