Verenigde Oostindische Compagnie
atau ( VOC ). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan
aktivitas kolonial di wilayah Hindia Belanda oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
Salah satu daerah yang pernah dijajah oleh VOC adalah Palembang, Perlawanan rakyat palembang terhadap penjajahan Belanda (VOC) terjadi
pada tahun 1819-1825, diawali dengan sikap tegas penolakan Sultan Badruddin atas kedatangan Belanda yang ingin kembali menguasai Palembang setelah Inggris meninggalkan Indonesia. Sultan Badruddin dahulu pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian
diturunkan secara paksa oleh pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di
Indonesia, yaitu digantikan oleh Sultan Najamuddin.
Setelah merebut kembali kekuasaan kesultanan dari Najamuddin, tahun 1819
Sultan Badruddin selalu menghalangi setiap kapal Belanda yang memasuki
sungai Musi. Insiden ini banyak menelan korban terutama dari pihak
Belanda. Pihak Belanda tidak tinggal diam dan menyerbu Palembang hingga
meletuslah perang Palembang. Pada tahun 1821, Belanda dapat menguasai ibu kota Palembang dan
menangkap Sultan Badruddin. Setelah Sultan Badruddin tertangkap,
selanjutnya ia diasingkan ke Ternate. Perlawanan rakyat Palembang masih sering terjadi pada tahun 1825, tetapi
status Kerajaan Palembang telah dibubarkan oleh Belanda.
0 komentar:
Posting Komentar